PERPEI Cabang Makassar, Inisiasi Gathering and Sharing, dr. Weri: Kurangi Stigma
Nusakini.com---MAKASSAR--Epilepsi telah dikenal sejak lama dengan berbagai istilah di tengah masyarakat, yakni ayan, mati-mati ayam bahkan masyarakat menganggapnya aib, guna-guna mbah dukun, maupun kesurupan.
Sebagian besar masyarakat masih menganggap epilepsi itu menular dan tak bisa disembuhkan. Nah, disini peran serta dari keluarga terdekat sangat dibutuhkan demi penanganan yang maksimal.
Dengan stigma itu, masyarakat cenderung menjauhi orang dengan epilepsi. Stigma masyarakat bahwa epilepsi bisa menular lewat air liur. Sehingga pada kasus penyandang epilepsi saat terjadi serangan atau kejang orang takut mendekat untuk memberi pertolongan dengan alasan takut tertular.
Stigma tersebut berdampak pada keluarga dari penyandang epilepsi yang menutup-nutupi keadaan, sehingga penyandang epilepsi tidak bisa tertangani secara optimal.
Berangkat dari berbagai masalah tadi, dr. Andi Weri Sompa Sompa, Sp.S, Mkes selaku Ketua Perhimpunan Penanggulangan Epilepsi Indonesia (PERPEI) Cabang Makassar, menginisiasi gathering and Sharing, bertajuk Epilepsy Care-Community Gathering. Kegiatan yang disponsori PT. Mersi ini berlangsung di Upnormal Coffee Jalan Perintis Kemerdekaan (depan pintu I Unhas). Sabtu, 6 Agustus 2022.
Dalam kesempatan tersebut dr. Andi Weri Sompa, Sp.S, Mkes mengatakan bahwa kegiatan ini rutin dilakukan Komunitas Peduli Epilepsi Makassar dalam bentuk gathering dan sharing.
Menurutnya sharing seperti ini penting untuk saling support, saling menguatkan, saling mengingatkan sebagai pejuang baik penyandang epilepsi maupun sebagai masyarakat harus mampu mengedukasi, mampu menyampaikan bahwa epilepsi itu tidak menular, epilepsi itu bisa diobati dan bisa hidup secara normal.
"Kita ini adalah warior-warior untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas, dan tujuannya adalah mengurangi stigma, itu yang kita harapkan dari gathering rutin Komunitas Epilepsi Makassar ini," tegas dr. Weri. Sabtu, 6 Agustus 2022.
Lanjutnya tidak menemukan lagi masyarakat yang takut dengan epilepsi, ada masyarakat yang menyembunyikan epilepsi atau ada orang yang tidak bisa menangani jika terdapat kejang di depan matanya.
"Paling tidak kita ini ada untuk bisa menyelamatkan orang-orang yang mengalami serangan kejang epilepsi diluar sana, jaga mereka agar tetap berada pada posisi yang aman," ujar dokter spesialis syaraf ini.
"Harapannya kedepan stigma itu berkurang," singkatnya.
Pada paparannya dr. Weri mengatakan jika kita menemukan seseorang kejang di jalan langkah pertama yang harus dilakukan posisikan dengan aman, harus dimiringkan karena menjaga agar air liur tidak masuk ke paru-paru.
Kedua pastikan tidak ada area disekitarnya yang berbahaya, seperti, batu, kaca atau benda-benda tajam atau kendaraan saat di jalan yang bisa menjadi penyebab celaka.
Ketika disinggung pencetus kejang, kepada media dr. Weri menjelaskan, pencetus kejang itu banyak, seperti misalnya kelelahan, suara terlalu ribut seperti di konser, kelap-kelip lampu warna-warni, lapar, penggunaan gawai terlalu lama.
"Saya kira hal-hal ini perlu disosialisasikan, bagi adik-adik yang sekolah online menggunakan handphone terlalu lama itu juga beresiko terjadinya kejang pada penyandang atau pengidap epilepsi," tuturnya.
Lanjutnya, terkait ketersediaan obat epilepsi di pasaran kita berharap adanya support dari Pemerintah. "Artinya obat-obat epilepsi itu harusnya tersedia disemua rumah sakit, tersedia juga disemua fasilitas kesehatan dan masuk BPJS, karena pemakaian obat epilepsi ini bukan pemakaian satu sampai dua minggu, setahun-dua tahun, tetapi malah bisa seumur hidup bagi mereka yang tidak bisa terkontrol dengan baik atau yang sintomatik epilepsi misalnya karena pos trauma, pos stroke jadi penggunaannya benar-benar jangka panjang, butuh support supaya obat-obat ini bisa dengan mudah didapatkan di rumah sakit dan ditanggung asuransi dalam hal ini BPJS," bebernya.
Epilepsi itu tidak menular, bisa diobati, bisa hidup dengan normal. Mari kita peduli, mari kita rangkul, mari kita hentikan stigma tentang epilepsi.
Kegiatan ini bentuk kerjasama Perpei Cabang Makassar dan Komumitas Media Sosial Epilepsi Makassar yang disupport oleh PT. Mersifarma Tirmaku Mercusana yang dikenal mersi.
Sementara menurut Andi Yazhir selaku District Manager dari pihak mersi bahwa ketersediaan obat sudah tersedia di distributor, dari distributor mensuplay rumah sakit dan apotik-apotik. "Adapun nantinya terkendala stok obat tidak tersedia, adalah pengiriman bahan baku dari luar negeri yang agak susah, ini kan termasuk produk psikotropika," kata Andi Yazhir.
Dia menuturkan untuk produk obat epilepsi kebanyakan obat-obat keras berlogo K. Sedangkan untuk epilepsi sendiri mayoritas obatnya tergolong psikotropika dan obat-obat tertentu.
"Mersi sudah beberapa kali mengadakan gathering, cuma dikarenakan kondisi pandemi dari akhir 2019 sampai 2021 akhir itu jadi tidak bisa kumpul. Di tahun 2022 dipertengahan semester ini kita rencana akan melakukan kegiatan seperti ini pertiga bulan atau perkwartal nantinya," ujarnya.(rilis)